10+ Amalan di Bulan Ramadhan yang Dianjurkan Nabi SAW dan Berpahala Ganda

amalan ramadhan ibadah di bulan ramadhan
Al Fath Blog, 10+ Amalan di bulan Ramadhan yang dianjurkan - Ramadhan ialah bulan puasa, maka kita hidupkan Ramadhan dengan berpuasa dan menahan diri dari segala hal-hal yang diharamkan. Ramadhan ialah bulan kasih sayang, maka kita hidupkan Ramadhan dengan saling menyayangi, saling memaafkan, serta saling memberi. Ramadhan ialah bulan amal, maka kita hidupkan  Ramadhan dengan amal-amal kebajikan. Ramadhan bulan penuh kemuliaan, pahala amal ibadah selama ramadhan pun dilipatgandakan.

Kali ini Al Fath Blog akan sharing tips amalan ibadah di bulan ramadhan pada tahun 2019 / 1440 H. Ibadah dan amalan yang dilaksanakan saat ramadhan agar diterima di sisi-Nya dengan mengoptimalkan segala ibadah wajib dan sunnah. Selain berpuasa, ada amalan-amalan utama yang harus dilakukan selama Ramadhan, supaya kita mendapatkan manfaat yang besar di dalamnya seperti qiyam Ramadhan, membaca al-Qur’an, bershadaqah, umrah, I’tikaf, memburu lailatul qadar, dan memperbanyak dzikir, doa dan istighfar.

Jangan lupa bagikan artikel ini ya.. agar bisa menjadi amalan jariyah kita bersama di bulan suci penuh kemuliaan, ramadhan.

Amalan Utama di Bulan Ramadhan 2019

Bulan Ramadhan merupakan bulan kebaikan, bulan Ibadah, bulan berbuat baik, bulan simpati, bulan kemenangan  atas nafsu, bulan pembebasan dari neraka. Pada bulan ini, terdapat banyak karunia  Allah SWT yang diberikan kepada hambanya yaitu dengan cara pahala dilipatgandakan serta segala dosa diampuni dengan syarat menghindari segala maksiat, terutama dosa besar.

Sesungguhnya bulan Ramadhan yang mulia ini akan terasa begitu singkat. Hari-harinya akan berlalu begitu cepat, meninggalkan kita penuh penyesalan jika tidak segera tersadar untuk mengisinya dengan berbagai kebaikan. Karenanya, tanpa mengetahui seluk-beluk dan keutamaan ragam amal dalam Ramadhan, bisa  jadi Ramadhan ya ng singkat akan benar-benar berlalu begitu saja, nyaris tanpa  amal dan kenangan yang berart i.

Ada banyak kiat sukses menghadapi Ramadhan, apabila kita jalankan dengan baik, insyaAllah akan menjadikan Ramadhan kita lebih berharga, lebih terasa, dan lebih berkah insyaAllah. Salah satu diantaranya yaitu mengoptimalkan segala ibadah wajib dan ibadah sunnah sepanjang 30 hari bulan ramadhan 2019.

Beruntunglah bagi kaum muslimin yang senantiasa  memanfaatkan momen ramadhan sebagai sarana untuk memperbanyak pah ala, mencari  pengampunan dosa, hingga mengharap ridho allah SWT. Berikut ini  Al Fath Blog telah merangkum beberapa ibadah utama bulan ramadhan  yang sangat ditekankan untuk diperhatikan:

1. Puasa Ramadhan

Ibadah utama terpenting di bulan ramadhan yaitu puasa ramadhan, mulai dari sahur hingga berbuka terdapat keutamaan-keutamaan yang sayang untuk dilewatkan. Berikut beberapa dalil yang menggambarkan keutamaan puasa ramadhan:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari & Muslim]

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” [HR. Muslim]

Keutamaan puasa ramadhan begitu besar, tidak hanya derajat takwa, pengampunan dosa dan pahala yang didapatkan, bahkan dijanjikan bertemu Sang Pencipta dengan puasa yang telah dikerjakan. Namun, puasa di sini tidak hanya sebatas menahan nafsu, dahaga dan lapar, diperlukan tindakan lain agar pahala tetap terjaga. Berdasarkan sabda Nabi SAW berikut:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya.” [HR. Bukhari]

Jabir bin Abdillah berkata:

إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ، وبَصَرُكَ، وَلِسَانُكَ، عَنِ الْكَذِبِ، وَالْمَحَارِمِ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَصَوْمِكَ سَوَاء

Jika Anda berpuasa, maka puasakan juga pendengaran, penglihatan, dan lisanmu dari dusta dan hal-hal lain yang dilarang. Tinggalkan perbuatan yang dapat menyakiti pelayan, dan bersikaplah yang lembut dan tenang pada hari puasamu. Jangan samakan antara hari saat berpuasa dan saat tidak berpuasa (HR. al-Baihaqi No. 3374; dan Ibn Aby Syaibah No.8880).

Selain menjalankan syarat sah puasa berupa menahan nafsu makan, minum dan kebutuhan biologis, dianjurkan memperbanyak amalan lain dan menghindari segala perbuatan maksiat, bahkan jika ada seorang yang menghasut, dianjurkan untuk bersabar dan berkata saya sedang berpuasa.

a. Mengakhirkan Sahur
Pada dasarnya, makan sahur sebelum pukul 3 pagi masih dianggap makan malam walaupun dengan mengucapkan niat makan sahur atau niat berpuasa karena makan sahur harusnya dilakukan di penghujung malam. Makanya, mengakhiri makan sahur yaitu menjelang imsak adalah hal yang sangat dianjurkan, terlebih lagi untuk menghindari kebablasan shalat subuh.
b. Menyegerakan Berbuka
Waktu berbuka puasa sangat disarankan untuk disegerakan setelah mendengar adzan. Walaupun hanya sekedar makan Kurma atau hidangan sederhana lainnya, karena pada dasarnya sangat dianjurkan dan pendapat ini didukung oleh berbagai hadist dan ulama.

2. Qiyam Ramadhan (Shalat Malam, Shalat tarawih)

shalat tarawih
source: Sriwijaya post via shopback.co.id
Sholat malam (Shalat Tahajud) adalah salah satu amaliyah yang sangat ditekankan oleh Nabi SAW, terutama di bulan ramadhan. Bahkan, di luar bulan Ramadhan pun ibadah ini tidak pernah dilewatkan oleh Nabi SAW.

Hal ini didasari pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA yang berkata: “Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk.” [HR. Abu Dawud & Ahmad]


وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” [QS. Al-Furqan: 63-64]

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” [QS. Al-Zumar: 9]

Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan agar kita menghidupkan malam ramadhan dengan memperbanyak shalat tarawih di sepanjang malam Ramadhan. Dasarnya adalah hadits Nabi Muhammad SAW:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُرَغِّبُ فِى قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيهِ بِعَزِيمَةٍ فَيَقُولُ « مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah SAW menganjurkan (shalat) qiyami Ramadhan kepada mereka (para shahabat), tanpa perintah wajib. Beliau bersabda: Barangsiapa mengerjakan (shalat) qiyami Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Muslim No.1816).

Keutamaan sholat malam di bulan Ramadhan yaitu itu mendapatkan pengampunan dosa-dosa yang telah dikerjakan di masa lalu. Berdasarkan hadis Nabi SAW berikut:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari & Muslim]

Pentingnya sholat malam, tidak hanya dilakukan oleh diri pribadi. Bahkan bagi seorang kepala keluarga dianjurkan untuk membangunkan anak dan istrinya untuk mengerjakan ibadah mulia ini.

رَحِمَ اللهُ رَجُـلاً، قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ اِمْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِيْ وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ اِمْرَأَةً، قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَ أَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِيْ وَجْهِهِ الْمَاءَ

“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila si suami enggan untuk bangun ia pun memercikkan air ke wajahnya.” [HR. Abu Dawud, an-Nasa-i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, & Ibnu Hibban]

مَنِ اسْتَيْقَظَ مِنَ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا، كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ

“Barangsiapa yang bangun di waktu malam dan ia pun membangunkan isterinya lalu mereka shalat bersama dua raka’at, maka keduanya akan dicatat termasuk kaum laki-laki dan wanita yang banyak berdzikir kepada Allah.” [HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, & al-Hakim]

3. Shadaqah

Shadaqah maupun berbagi di bulan ramadhan adalah salah satu amaliyah yang sangat ditekankan bagi seorang muslim yang mampu melakukannya. Bahkan Nabi termasuk dari orang yang paling dermawan saat bulan Ramadhan. Berdasarkan hadis dari Ibn Abbas RA yang berbunyi:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ (صحيح البخاري

Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi saat ramadhan, ketika dijumpai Jibril (as), yang mengunjungi beliau setiap malam dibulan ramadhan, dan mengajarkan beliau saw Alqur’an, maka sungguh Rasulullah saw lebih dermawan dalam berbuat baik daripada angin yang berhembus” [HR. Bukhari]

Di antara bentuk shadaqah di bulan ramadhan adalah:

a. memberi makan
Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam firman-Nya:

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا



“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.” [QS. Al-Nisa: 8-12]

Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan mendahulukannya atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam memberi makan ini kepada orang yang fakir.

Rasullullah SAW bersabda, “Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat.” [HR. Ahmad, Tirmidzi]

Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, “Aku mengundang sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan Islmail.”

Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha’i, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu ‘Anhum. Dan adalah Ibnu Umar, tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

b. Memberi hidangan berbukan bagi orang puasa

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun.” [HR. Ahmad & Nasai]

Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu ‘Anhu, “Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya.”

4. Tadarus Al-Qur’an

Membaca Al Quran tadarus al quran

Salah satu kekhususan bulan ramadhan dibandingkan bulan lain adalah yaitu bulan dimana Al-Qur’an diturunkan, sehingga ada banyak keberkahan di dalamnya.

Salah satu amalan yang dianjurkan untuk ditingkatkan adalah memperbanyak membaca al-Qur’an. Selain segala amalan kebajikan dilipatgandakan di bulan ramadhan, membaca satu huruf dalam al-Qur’an akan diberikan sepuluh kebaikan, bahkan bagi yang terbata-bata diberikan dua pahala. berdasarkan dua hadis berikut:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala.” [Hadits Muttafaq ‘Alaih]

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ آلم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” [HR. At-Tirmidzi]

5. I’tikaf Akhir Ramadhan

Salah satu amaliah yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW di bulan Ramadhan adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan cara i‘tikaf di masjid.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَان.

“Dari Ibnu Umar RA (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW selalu beri‘tikaf pada sepuluh hari yang penghabisan di bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari No. 2025 dan Muslim No.2838).

‘Aisyah ra juga meriwayatkan:

عَنْ عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِه.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.” (HR. al-Bukhari No.2016 dan Muslim No.1172).

Terutama i'tikaf di 10 hari terakhir bulan ramadhan.

I’tikaf adalah aktivitas menyendiri yang disyariatkan oleh agama, karena seorang mu’takif (orang yang beri’tikaf) mengurung diri dalam rangka meningkatkan ketaatan kepada Allah dan melupakan sejenek dari aktivitas duniawi yang menyibukkan. Mu’takif mengurung diri semata-mata untuk merenung, membersihkan diri, dan mengharap ridho Allah SWT.

6. Duduk di Masjid 

Salah satu kebiasaan nabi dalam kehidupan sehari-hari yaitu duduk di masjid hingga matahari terbit. Berdasarkan hadis Nabi, apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Juga hadis dari Anas RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

“Siapa shalat Shubuh dengan berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka’at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna.” [HR. Tirmidzi]

Keutamaan berdiam diri di masjid hingga matahari terbit berlaku pada semua hari, lalu bagaimana jika dikerjakan selama bulan Ramadhan? Sudah barang tentu pahala yang didapatkan akan dilipatgandakan. Sudah selayaknya, agar kita mengoptimalkan salah satu keagungan ini dengan menghindari segala aktivitas malam yang dapat melalaikan untuk bangun di subuh hari.

7. Umrah di Bulan Ramadhan

Umrah termasuk dalam sunnah Nabi yang dianjurkan untuk dikerjakan saat bulan Ramadhan, bahkan pahalanya setara dengan ibadah haji. Berdasarkan hadis Nabi yang berbunyi:

عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ

“Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji.” [HR. Al-Bukhari & Muslim] dalam riwayat lain, “seperti haji bersamaku.” Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Meskipun, ibadah umrah di bulan Ramadhan setara dengan pahala haji, namun hal ini tidak menggugurkan kewajiban haji bagi yang mampu melakukannya.

8. Menyambut (memburu) Lailatul Qadar

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” [QS. Al-Qadar: 1-3]

وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari & Muslim]

Rasulullah SAW berusaha mencari Lailatul Qadar dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk menantinya di tiap ramadhan. Nabi SAW juga senantiasa membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar.

Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara marfu’, “Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan datang.” (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)

Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka’ab Radhiyallahu ‘Anhu, “Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk shalat, yaitu malam ke-27.” Dan Ubai bersumpah atas itu dengan mengatakan, “Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh Ramadhan Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau.”

Dari ‘Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, “Ucapkan:

اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)

Baca penjelasan lengkap terkait keutamaan malam lailatul qadar, kapan dan waktu terjadinya lailatul qadar disini.

9. Memperbanyak Dzikir, Doa dan Istighfar

dzikir istighfar

Sesungguhnya malam dan siang merupakan waktu-waktu utama dan mulia sepanjang bulan Ramadhan, maka pergunakanlah waktu tersebut untuk memperbanyak doa, dzikir dan meminta ampunan. Khususnya pada waktu mustajab berdoa seperti 3 keadaaan berikut:

- Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.

- Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan berfirman, “Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia.”

- Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzaariyat: 18)

10. Zakat

Meskipun sudah melakukan puasa Ramadhan dengan semaksimal mungkin, tetapi terkadang masih ada salah-salah ucapan yang bisa menodai puasa. Oleh karena itu, amalan saat Ramadhan yang bisa menyempurnakan puasa adalah Zakat Fitrah yang wajib hukumnya dilakukan oleh setiap umat Muslim untuk menutupi kesalahan kata-kata dan perbuatan sia-sia.

Yuk sempurnakan puasa Ramadhan kali ini!
ramadhan
Source: instagram.com

Perlu juga diingat, Kita beribadah juga harus karena Allah, lillahita'alaa...  bukan karena ingin dipuji, cepat kaya, atau hal lainnya. Beribadah khusyuk mengharap ridha Allah agar ibadah kita diterima.

Perlu diingat juga bahwa, jangan di bulan ramadhan saja beribadah rajin, tapi setelah itu malas ibadah. Jangan, percuma! 

Dengan memahami hikmah puasa ramadhan yang begitu besar dan mulia bagi diri kita, maka insya Allah membuat kita lebih semangat dalam menjalani hari-hari Ramadhan kita.

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/ibadah-utama-bulan-ramadhan/ https://umsida.ac.id/amalan-amalan-utama-di-bulan-ramadhan/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel